Masalahnya memang tidak sederhana tetapi solusinya cukup
nyata didepan mata. Sayangnya keinginan baik, empati dan keberanian untuk
berbuat benar masih menjadi barang mewah dikalangan mereka yang diberi kuasa.
Anak-anak disebagian wilayah kecamatan diujung timur
kabupaten Sidoardjo dan muara sungai Porong ini seolah tak henti dirundung
masalah. Tak cukup hanya beberapa sekolah terpaksa ditutup karena terdampak
kerakusan lumpur Lapindo, kini masalah laten yang tak pernah tuntas
diselesaikan menghantui untuk merampas kecerdasan mereka.
Sudah sejak lama air tanah yang menjadi sumber air bersih
mereka sedari dalam kandungan tercemar logam berat timah hitam (plumbum) hingga
pada tingkat toksik atau bisa meracuni. Hal ini menyembabkan banyak dampak
kesehatan dimana salah satunya adalah menghambat tubuh untuk menyerap yodium
sebagaimana seharusnya.
Masalah yang sudah terang benderang dan terjadi selama
bertahun-tahun dengan penyelesaian yang terkotak pada birokrasi dan tupoksi
masing-masing unit kerja pemerintah ini menyebabkan hampir 2 dari 3 anak SD
disana terindikasi gondok dari pemeriksaan palpasi (meraba) bagian leher. Tak
terbayangkan berapa banyak yang terampas kecerdasannya, karena menurut teori,
terhambatnya perkembangan kecerdasan mental dan intelektual ada di lapisan
dasar gunung es populasi yang mengalami gangguan akibat kekurangan yodium,
tepat dibawah gondok...
Dari diskusi-diskusi singkat, terlihat sekali unit kerja
pemerintah yang mengelola program nutrisi (iodium masuk dalam kategori nutrisi
mikro atau sedikit kebutuhannya tetapi besar dampaknya bila tak dicukupi),
seperti juga unit kerja lainnya sudah tahu masalah ini, akarnya, bahkan solusi
tuntas yang seharusnya dilakukan. Namun batasan birokrasi dan tupoksi serta
lemahnya koordinasi antar unit dalam lembaga yang sama terlebih antar lembaga,
membuat mereka hanya bisa melakukan
upaya dalam kaca mata kuda rentang kendalinya saja.
Memberikan tablet yodium dosis tinggi pada ibu hamil
menjadi pilihan intervensi dari unit kerja nutrisi. Walaupun tahu bahwa
masalahnya adalah penyerapan yodium dalam tubuh yang terhambat akibat cemaran
logam berat dan bukan karena kurangnya asupan, tetapi tetap saja intervensi
yang seperti kebalikan menggarami air laut tersebut dilakukan, buah dari
kacamata kuda birokrasi dan tupoksi. Sementara unit-unit kerja yang mengola
program ketersediaan air bersih juga tidak melakukan sesuatu yang berarti
karena terbatasnya anggaran dan kurangnya keberpihakan dari para penentu
kebijakan kemana uang rakyat harus dianggarkan.
Unit kerja yang bertugas mengendalikan lingkungan tak
kalah birokratisnya dalam memandang masalah ini. Walaupun studi-studi cemaran
logam berat di sisi sungai Porong cukup mudah didapat di dunia maya, begitu
juga referensi tentang logam berat yang biasanya mengendap didasar sumber air,
tetapi tetap saja tupoksi pemeriksaan air permukaan yang dilakukan. Sehingga
hasilnya terlihat baik-baik saja dan tidak ada upaya yang signifikan untuk
mengendalikan cemaran.
Tidak hanya birokrasi unit kerja pemerintah yang
berkontribusi pada situasi tersebut, peran birokrasi lembaga-lembaga donor pun
tak kalah menariknya untuk di lihat. Selain pragmatis dan berorientasi proyek
jangka pendek, lembaga donor sering kali over claims pada apa yang dilakukannya
dan menimbulkan persepsi keliru pada lembaga donor lainnya maupun pemerintah.
Contoh yang nyata adalah ketika ditanya lokasi program sanitasi total termasuk
air bersih, maka donor terbesar di Indonesia ini menyebutkan kabupaten
Sidoardjo sebagai wilayah yang di intervensi. Sekilas tidak ada yang salah
memang, tetapi jika ditanya lebih jauh diberapa kecamatan dari 18 yang ada maka
jawabannya sungguh mengejutkan, yaitu hanya di 5 dari ratusan desa yang ada...
Sementara donor lainnya tidak mau melakukan intervensi
disana karena birokrasi kacamata kudanya mencegah mereka overlaping kabupaten
dengan bantuan yang judul besar intervensinya sejenis.
Tidak banyak yang dapat dilakukan karena berada diluar lingkaran sistem untuk membantu, tetapi setidaknya doa dan rencana untuk menuliskan proposal dan mencarikan donor yang mau melakukan upaya nyata menjadi agenda utama dalam beberapa waktu kedepan. Bagi teman yang bersedia probono membantu please PM ya.....