Pedihnya hidup Tukang Ojek Langganan

0 comments
Wajahnya terlihat lebih sumringah dari biasanya ketika mengacungkan tangan .untuk memberi tahu bahwa dia ada dan siap bertugas diantara sebaris tukang ojek yang menanti penumpang. Aku memang mengikat perjanjian tak tertulis untuk selalu menggunakan jasanya mengantar pulang dari Stasiun Cilebut. Selain malas untuk selalu menegosiasikan harga dan menyebutkan tujuan setiap kali naik ojek untuk pulang, ojek di Stasiun Cilebut juga tidak menerapkan sistem antrian, sehingga penumpang punya kuasa penuh untuk memilih walaupun tukang ojek juga memiliki kuasa untuk menolak jika dirasa harganya kurang sesuai.
Setelah berjalan beberapa saat, baru kusadari motor tukang ojek langganan ini beda dari biasanya dan memang ternyata motor baru. Jadilah topik obrolan diperjalanan santai kali ini tentang motor barunya. Mulai dari alasan dan pertimbangan memilih jenis dan produsen hingga harga. Harganya jika beli kontan sekitar 13 jutaan, tetapi karena tidak punya uang sebanyak itu, ia membelinya melalui kredit dari salah satu penyedia kredit yang bukan bank dan sudah dikenal luas di Indonesia. Uang muka yang dibayarkan memang cukup kecil yaitu sekitar 10% dari harga motor tersebut, dengan cicilan 700 ribuan/bulan selama 30 bulan. Jadi total yang akan dibayarkannya dalam 2.5 tahun adalah 22.3 juta rupiah atau 9.3 juta rupiah (71%) lebih mahal dari harga beli kontan. Jika perbedaan harga kontan dan cicilan itu dikonversi dalam bunga pertahun maka sekitar 28.5% atau hampir 6 kali lebih mahal dari kredit kendaraan bermotor yang ditawarkan salah satu bank swasta nasional.....
Sungguh miris mendengarnya, hanya karena status sosial ekonominya tukang ojek ini harus menanggung beban bunga kredit yang berkali lipat lebih banyak, diperas dan dieksploitasi secara ekonomi oleh sistem yang tak berpihak, serta harus bekerja lebih keras untuk membawa keluar keluarga dan anak-anaknya dari lingkaran setan pemiskinan secara sistematis. Terlebih lagi pada akhir minggu kemarin melihat sebuah bank swasta nasional memberikan fasilitas cicilan 24 bulan dengan bunga 0% untuk belanja mebeler dan houseware mewah disebuah pusat perbelanjaan di Bogor sampai batas maksimal kartu kredit yang bisa mencapai harga sebuah atau lebih motor baru tukang ojek ini .....
Sesampainya dirumah, beban berat yang harus ditanggung tukang ojek langganan masih menggelayuti pikiran, karena jika dihitung secara matematis, dia harus menutupi biaya cicilan dengan melayani minimal 4 pelanggan per hari, belum termasuk bensin, biaya perawatan serta pungutan liar dari preman beneran dan yang berlindung dibalik seragam yang dibeli dari uang pajak motor sang tukang ojek. Dia harus mendapatkan uang minimal 120 ribu rupiah untuk bisa membawa pulang 20 ribu rupiah buat keluarganya, atau 13 - 15 pelanggan setiap harinya. Sungguh beban yang sangat berat ditengah menjamurnya tukang ojek dan hampir tidak adanya perlindungan apapun dari yang dititipi kekuasaan oleh mereka.

Leave a Reply