Wow ... 1 dari 10 Siswa SLTA di Surabaya Mengaku Pernah Berhubungan Seks

0 comments
Periode antara masa kanak-kanak dan masa dewasa mencakup rentang umur yang luas dan variasi yang signifikan dalam hal perkembangan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi. Selain umur, faktor-faktor seperti lingkungan dan pendidikan memiliki implikasi tentang bagaimana pandangan orang muda dan bagaimana mereka melihat diri mereka. Masa remaja adalah waktu saat pubertas terjadi, dan ketika preferensi seksual dan identitas terbentuk.

Selama dekade kedua kehidupan, remaja membuat transisi penting, yang biasanya termasuk periode pertama kali pengalaman berani mengambil risiko, dan bereksperimen dengan banyak hal, termasuk merokok, minum minuman beralkohol dan mencoba zat psikotropika serta berhubungan seks. Banyak hal, termasuk fakta bahwa kapasitas mereka untuk berpikir kompleks ini masih berkembang, mempengaruhi bagaimana anak muda menghadapi lingkungan dan tantangan yang mengelilingi mereka.

Hasil Survei Perilaku pada Siswa SLTA di beberapa kota besar yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2007-2009 menunjukan persentase responden SSP siswa SLTA yang pernah berhubungan seks berkisar antara 3% (Tanggerang) hingga 11% (Surabaya), bahkan 2% responden siswa SLTA di kota Surabaya mengaku pernah melakukan seks komersial (dibayar/membayar) dalam 1 tahun terakhir. Sedangkan responden SSP siswa SLTA yang mengaku pernah berhubungan seks anal dalam 1 tahun terakhir juga ada disemua kota yang disurvei, yaitu berkisar antara 0.8% – 3.2%.

Sementara itu, alasan hubungan seks pertama kali responden Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik, menemukan alasan yang paling sering disebutkan oleh responden perempuan secara berurutan adalah terjadi begitu saja (38%), dipaksa pasangan (21%), karena ingin tahu dan akan menikah (7%) serta terpengaruh oleh teman (6%). Sedangkan pada responden laki-laki adalah karena ingin tahu (51%), terjadi begitu saja (26%), karena ingin tahu dan akan menikah (7%) sertaterpengaruh oleh teman (4%). Tingginya alasan dipaksa oleh pasangan pada responden perempuan perlu mendapatkan perhatian semua pihak terutama pemangku kebijakan agar dapat merancang program yang bisa menekan kejadian tersebut.

Banyak ciri-ciri orang muda yang perlu dipertimbangkan dalam merancang program dan layanan bagi mereka. Karakteristik ini meliputi umur dan jenis kelamin, apakah mereka berada di sekolah, hubungan keluarga dan dukungan, dan di mana mereka tinggal (di daerah pedesaan atau perkotaan) serta karakteristik sosial lainnya. Program yang dirancang perlu menyadari faktor tersebut dan, pada saat yang sama, dapat memanfaatkan inovasi, semangat, dan optimisme yang melekat pada orang muda.

Mari kita bahu membahu membangun generasi yang lebih baik ......

Leave a Reply