Estimasi HIV dari waktu ke waktu

2 comments
Jadi tergelitik untuk menuliskan sesuatu setelah membaca posting salah satu senior saya didunia pengendalian HIV - mas Very Kamil - tentang ajakan mengingatkan pemangku kebijakan untuk bijak dalam menggunakan angka estimasi populasi rawan terinfeksi HIV dan ODHA dalam perencanaan program. Sepanjang pemahaman saya sebagai salah satu pelaku penghitungan estimasi sejak 2004 - 2010, angka-angka estimasi dan kemudian proyeksi epidemi HIV memang dimaksudkan untuk advokasi dan pemilihan strategi program secara makro bukan perencanaan dan penetapan target program secara mikro. Karena semua metode estimasi dan proyeksi epidemi HIV tidak ada yang benar (kl benar bukan estimasi dan proyeksi lagi namanya) walaupun beberapa metode bisa memberikan manfaat dalam pengendalian HIV apabila digunakan dengan baik dan benar.

Estimasi populasi rawan dan ODHA pertama kali di lakukan di Indonesia pada tahun 2002. Waktu itu mentor saya Elizabeth Pisani dan Pandu Riono yang menginisiasikannya dengan mengundang pakar-pakar internasional serta pemangku kepentingan di tingkat nasional. Jika kita baca laporannya, maka estimasi dilakukan untuk menghasilkan angka nasional terlebih dahulu baru didistribusikan menurut provinsi dengan menggunakan hasil survei perilaku populasi berisiko di beberapa kota di Indonesia. Sepertinya estimasi tersebut lebih menekankan proses pembelajaran karena gaungnya lebih nyaring di dunia internasional sehingga Indonesia dikenal sebagai salah satu dari sedikit negara yang pertama kali menggunakan estimasi untuk melihat besaran masalah epidemi HIV di tingkat nasional.

Seiring dengan semakin bertambahnya sumber data terkait dan kesadaran serta pemahaman pemangku kebijakan, proses estimasi kemudian diulang kembali pada tahun 2004. Metodenya juga diperbaiki yaitu dengan melakukan estimasi di tingkat kabupaten di 7 provinsi yang kemudian digunakan sebagai acuan (faktor pengali) untuk estimasi di provinsi lainnya. Prosesnya dilakukan melalui workshop di tingkat provinsi secara serial, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan kunci dari sebagian besar kabupaten di setiap provinsi. Disinilah mas Muhammad Noor Farid, Sugih Hartono dan saya terlibat secara langsung dalam proses penghitungannya. Sayang hasil dan laporannya tidak dipublikasi untuk menjadi pembelajaran bersama. Satu alasan yang teringat untuk tidak dipublikasikannya estimasi 2004 adalah adanya perbedaan yang sangat signifikan pada estimasi jumlah pelanggan penjaja seks, dimana hasil estimasi 2004 hanya memberikan 1/3 dari hasil estimasi 2002. Walaupun mudah untuk dipahami bagi kami tim teknis yang mengerjakannya, tetapi tidak demikian untuk menerangkan dan memahamkan para pemangku kebijakan bahwa kedua hasil estimasi tersebut tidak bisa diperbandingkan karena sumber data dan cara/metode penghitungannya yang sangat berbeda. Sehingga pada akhirnya hasil estimasi 2004 menjadi dokumen internal Kementerian Kesehatan dan Program Aksi Stop AIDS tempat sebagian dari kami bekerja saat itu.

Berbekal posisi sebagai penanggung jawab penelitian dan pengembangan program di Sekretariat KPAN dan perintah langsung ibu Nafsiah Mboi sebagai Sekretaris KPAN saat itu, maka proses estimasi tahun 2006 pun dilakukan. Dengan memanfaatkan struktur KPA yang ada disetiap provinsi kami mengumpulkan data perkiraan jumlah populasi rawan terinfeksi HIV dari setiap kabupaten dan menggunakan 4 variabel hasil PODES serta surveilans perilaku dan HIV sebagai faktor pengali utama. Hasilnya dipublikasikan bersama oleh Kementerian Kesehatan dan KPAN, dimana untuk pertama kalinya hasil estimasi populasi rawan terinfeksi HIV dan ODHA untuk setiap kabupaten di Indonesia tersedia. Diluar struktur KPAN dan Kemenkes praktis hanya mas Sugi yang kami hire sebagai konsultan untuk membantu membuat lembar kerja excel dan formula penghitungan estimasi. Sementara pak Pandu dengan bekal pelatihan Asian Epidemic Modelling (AEM) di Hawai yang diikutinya membuat estimasi dan proyeksi di tingkat nasional secara independen dan kemudian diperbandingkan hasilnya dengan estimasi yang kami kerjakan.

Pada 2009, walaupun sudah tidak menjadi pekerja tetap didunia pengendalian HIV, saya, Pak Pandu dan mas Farid diminta kembali membantu membuatkan estimasi terkini oleh Kementerian Kesehatan. Proses pengumpulan data dasar dan variabel-variabel yang digunakan relatif sama dengan estimasi 2006. Hanya saja kami menggunakan struktur dinas kesehatan kali ini dan metode penghitungan estimasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, walaupun pada akhirnya beberapa kabupaten harus menggunakan subjective judgement kami agar hasilnya masuk akal dan dapat diterima sebagian besar pemangku kepentingan. Proses penghitungan, asumsi dan hasil estimasi 2009 juga direview oleh para pakar dari kantor pusat WHO, UNAIDS dan lembaga internasional lainnya yang didatangkan oleh pemangku kepentingan di tingkat nasional sebelum di publikasikan.

Pembelajaran yang saya dapatkan dari beberapa kali terlibat dalam estimasi populasi rawan terinfeksi HIV dan ODHA di Indonesia serta proyeksinya dengan berbagai macam alat bantu seperti AEM-nya East West Center, EPP & Spectrum-nya UNAIDS dan HIV Indonesia Model adalah:

  • apapun metodenya, proses penghitungan estimasi sarat dengan asumsi, dan asumsi sangat dipengaruhi oleh kedekatan orang yang melakukan dengan subyek yang diasumsikan.
  • tidak ada metode yang paling benar dalam proses estimasi dan proyeksi epidemi HIV, yang ada adalah metode yang paling sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan data dasar.
  • yang terpenting dalam estimasi adalah kesepakatan sebagian besar pemangku kepentingan terhadap data dasar, asumsi metode penghitungan, dan tentunya hasil estimasi. Jangan sampai mengesampingkan kesepakatan demi rumus dan asumsi yang rendah nilai kebenarannya.
Photo: Estimasi HIV dari waktu ke waktu

Jadi tergelitik untuk menuliskan sesuatu setelah membaca posting salah satu senior saya didunia pengendalian HIV - mas Very Kamil - tentang ajakan mengingatkan pemangku kebijakan untuk bijak dalam menggunakan angka estimasi populasi rawan terinfeksi HIV dan ODHA dalam perencanaan program. Sepanjang pemahaman saya sebagai salah satu pelaku penghitungan estimasi sejak 2004 - 2010, angka-angka estimasi dan kemudian proyeksi epidemi HIV memang dimaksudkan untuk advokasi dan pemilihan strategi program secara makro bukan perencanaan dan penetapan target program secara mikro. Karena semua metode estimasi dan proyeksi epidemi HIV tidak ada yang benar (kl benar bukan estimasi dan proyeksi lagi namanya) walaupun beberapa metode bisa memberikan manfaat dalam pengendalian HIV apabila digunakan dengan baik dan benar.

Estimasi populasi rawan dan ODHA pertama kali di lakukan di Indonesia pada tahun 2002. Waktu itu mentor saya Elizabeth Pisani dan Pandu Riono yang menginisiasikannya dengan mengundang pakar-pakar internasional serta pemangku kepentingan di tingkat nasional. Jika kita baca laporannya, maka estimasi dilakukan untuk menghasilkan angka nasional terlebih dahulu baru didistribusikan menurut provinsi dengan menggunakan hasil survei perilaku populasi berisiko di beberapa kota di Indonesia. Sepertinya estimasi tersebut lebih menekankan proses pembelajaran karena gaungnya lebih nyaring di dunia internasional sehingga Indonesia dikenal sebagai salah satu dari sedikit negara yang pertama kali menggunakan estimasi untuk melihat besaran masalah epidemi HIV di tingkat nasional.

Seiring dengan semakin bertambahnya sumber data terkait dan kesadaran serta pemahaman pemangku kebijakan, proses estimasi kemudian diulang kembali pada tahun 2004. Metodenya juga diperbaiki yaitu dengan melakukan estimasi di tingkat kabupaten di 7 provinsi yang kemudian digunakan sebagai acuan (faktor pengali) untuk estimasi di provinsi lainnya. Prosesnya dilakukan melalui workshop di tingkat provinsi secara serial, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan kunci dari sebagian besar kabupaten di setiap provinsi. Disinilah mas Muhammad Noor Farid, Sugih Hartono dan saya terlibat secara langsung dalam proses penghitungannya. Sayang hasil dan laporannya tidak dipublikasi untuk menjadi pembelajaran bersama. Satu alasan yang teringat  untuk tidak dipublikasikannya  estimasi 2004 adalah adanya perbedaan yang sangat signifikan pada estimasi jumlah pelanggan penjaja seks, dimana hasil estimasi 2004 hanya memberikan 1/3 dari hasil estimasi 2002. Walaupun mudah untuk dipahami bagi kami tim teknis yang mengerjakannya, tetapi tidak demikian untuk menerangkan dan memahamkan para pemangku kebijakan bahwa kedua hasil estimasi tersebut tidak bisa diperbandingkan  karena sumber data dan cara/metode penghitungannya yang sangat berbeda. Sehingga pada akhirnya hasil estimasi 2004 menjadi dokumen internal Kementerian Kesehatan dan Program Aksi Stop AIDS tempat sebagian dari kami bekerja saat itu.

Berbekal posisi sebagai penanggung jawab penelitian dan pengembangan program di Sekretariat KPAN dan perintah langsung ibu Nafsiah Mboi sebagai Sekretaris KPAN saat itu, maka proses estimasi tahun 2006 pun dilakukan. Dengan memanfaatkan struktur KPA yang ada disetiap provinsi kami mengumpulkan data perkiraan jumlah populasi rawan terinfeksi HIV dari setiap kabupaten dan menggunakan 4 variabel hasil PODES serta surveilans perilaku dan HIV sebagai faktor pengali utama. Hasilnya dipublikasikan bersama oleh Kementerian Kesehatan dan KPAN, dimana untuk pertama kalinya hasil estimasi populasi rawan terinfeksi HIV dan ODHA untuk setiap kabupaten di Indonesia tersedia. Diluar struktur KPAN dan Kemenkes praktis hanya mas Sugi yang kami hire sebagai konsultan untuk membantu membuat lembar kerja excel dan formula penghitungan estimasi. Sementara pak Pandu dengan bekal pelatihan Asian Epidemic Modelling (AEM) di Hawai yang diikutinya membuat estimasi dan proyeksi di tingkat nasional secara independen dan kemudian diperbandingkan hasilnya dengan estimasi yang kami kerjakan.

Pada 2009, walaupun sudah tidak menjadi pekerja tetap didunia pengendalian HIV, saya, Pak Pandu dan mas Farid diminta kembali membantu membuatkan estimasi terkini oleh Kementerian Kesehatan. Proses pengumpulan data dasar dan variabel-variabel yang digunakan relatif sama dengan estimasi 2006. Hanya saja kami menggunakan struktur dinas kesehatan kali ini dan metode penghitungan estimasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, walaupun pada akhirnya beberapa kabupaten harus menggunakan subjective judgement kami agar hasilnya masuk akal dan dapat diterima sebagian besar pemangku kepentingan.  Proses penghitungan, asumsi dan hasil estimasi 2009 juga direview oleh para pakar dari kantor pusat WHO, UNAIDS dan lembaga internasional lainnya yang didatangkan oleh pemangku kepentingan di tingkat nasional sebelum di publikasikan.

Pembelajaran yang saya dapatkan dari  beberapa kali terlibat dalam estimasi populasi rawan terinfeksi HIV dan ODHA di Indonesia serta proyeksinya dengan berbagai macam alat bantu seperti AEM-nya East West Center, EPP & Spectrum-nya UNAIDS dan HIV Indonesia Model adalah:
- apapun metodenya, proses penghitungan estimasi sarat dengan asumsi, dan asumsi sangat dipengaruhi oleh kedekatan orang yang melakukan dengan subyek yang diasumsikan.
- tidak ada metode yang paling benar dalam proses estimasi dan proyeksi epidemi HIV, yang ada adalah metode yang paling sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan data dasar.
- yang terpenting dalam estimasi adalah  kesepakatan sebagian besar pemangku kepentingan terhadap data dasar, asumsi metode penghitungan, dan tentunya hasil estimasi. Jangan sampai mengesampingkan kesepakatan demi rumus dan asumsi yang rendah nilai kebenarannya.

2 Responses so far

  1. mas..... minta nomermu ..... artikelnya bagus

  2. Unknown says:

    Hay guys
    Nama saya jeslin

    Yuk mampir bentar dan dilihat-lihat disini www.casinoqiuqiu.com
    Deposit dan withdraw hanya RP:25.000
    Bonus rollingan hingga 1% loh

    TERSEDIA 5 GAME DALAM 1 AKUN

    *BACCARAT
    *RAOULETTE
    *SICBO
    *DRAGON TIGER
    *SLOT GAME

    Untuk layanan yang lain Anda bisa menghubungi kami melalui YM, Livechat, dan BBM yang sudah kami

    sediakan dibawah ini ya.
    Livechat ; https://goo.gl/aLIle3
    *FACEBOOK: kasino qiuqiu
    *BBM: 2BF7247C
    *YAHOO:CASINO QIUQIU
    *CALL: +855963601198

    Buruan gabung all,salam hoki dari jeslin buat kalian semua ya...

Leave a Reply